Jakarta Layarkepri - Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkapkan bahwa tersangka kasus dugaan korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah di wilayah IUP PT Timah Tbk. pada tahun 2015—2022, Hendry Lie, pulang ke Indonesia dari Singapura secara diam-diam.
"Pulang secara diam-diam dengan maksud menghindari petugas," kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Abdul Qohar dalam konvensi pers di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa awal hari.
Abdul Qohar menjelaskan bahwa Hendry telah berada di Singapura sejak 25 Maret 2024 usai pemeriksaan pertama kali sebagai saksi dalam kasus tersebut.
"Namun, nan berkepentingan tidak kembali lagi dengan argumen sedang menjalani pengobatan di Singapura, di Rumah Sakit Mount Elizabeth," kata dia.
Hendry lantas ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus itu pada tanggal 15 April 2024.
Pada akhirnya, Hendry memutuskan pulang diam-diam ke Indonesia dan sukses ditangkap oleh interogator Direktorat Penyidikan pada Jampidsus dengan jejeran intelijen pada Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel) serta Atase Kejaksaan RI di Singapura di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada hari Senin (18/11) pukul 22.30 WIB.
Diungkapkan pula argumen Hendry kembali ke Indonesia lantaran paspor nan berkepentingan ditarik oleh imigrasi dan tidak bisa diperpanjang.
"Untuk kepulangan ke Indonesia, paspor nan berkepentingan berhujung pada tanggal 27 November 2024 sehingga tidak memungkinkan perpanjangan masa bertindak lantaran interogator sudah melayangkan surat ke Kedutaan Besar Singapura melalui imigrasi untuk melakukan penarikan terhadap paspor nan bersangkutan," ucapnya.
Baca juga: Kejagung: Hendry Lie ada di Singapura sejak Maret
Baca juga: Kejagung ungkap peran Hendry Lie dalam kasus timah
Meski pulang secara diam-diam, Qohar menegaskan bahwa interogator telah memonitor keberadaan Hendry sejak April 2024 hingga akhirnya sukses menangkap pendiri maskapai penerbangan Sriwijaya Air tersebut di bandara.
Adapun peran tersangka Hendry dalam kasus ini selaku beneficiary owner PT Tinindo Inter Nusa alias PT TIN. Hendry secara sadar dan sengaja berkedudukan aktif melakukan kerja sama penyewaan peralatan processing peleburan timah antara PT Timah Tbk. dan PT TIN.
Biji timah nan dilebur dari hasil kerja sama dua perusahaan tersebut berasal dari CV BPR dan CV SFS nan sengaja dibentuk untuk menerima biji timah nan berasal dari penambangan timah ilegal.
Akibat perbuatan Hendry dan puluhan tersangka lainnya nan saat ini dalam proses persidangan, negara dirugikan sebesar sekitar Rp300 triliun.
Hendry pun disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) alias Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Tahapan selanjutnya, Hendry ditahan selama 20 hari ke depan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024