Fimela.com, Jakarta Pandangan KH Ahmad Bahauddin Nursalim, nan berkawan disapa Gus Baha, menawarkan wawasan nan mendalam dan bijak mengenai hubungan antara kenakalan anak dan reaksi orang tua. Dalam ceramahnya, Gus Baha menekankan bahwa perilaku anak nan sering kali dianggap bandel sebenarnya dapat mencerminkan kelucuan dan kecerdikan alami mereka.
Perspektif ini membujuk orang tua untuk lebih memahami dan menghargai fase perkembangan anak, daripada bereaksi secara berlebihan nan dapat menghalang proses tumbuh kembang mereka. Gus Baha menyoroti bahwa dalam konteks budaya Jawa, istilah bandel tidak selalu berkarakter negatif, melainkan bagian dari eksplorasi dan pembelajaran anak.
Ia beranggapan bahwa orang tua nan sering memarahi alias membentak anak tanpa memahami konteks perilaku mereka justru menunjukkan kenakalan tersendiri lantaran mereka mempunyai tanggung jawab lebih besar dalam membimbing anak. Gus Baha membujuk orang tua untuk menjadi pendamping nan bijak dan sabar dalam proses pengasuhan, sehingga anak-anak dapat berkembang dengan baik dan seimbang.
Sebuah studi baru menemukan bahwa orangtua nan menggunakan cara-cara manipulatif dan menimbulkan emosi bersalah pada anak mereka dapat membikin sang anak menjadi lebih emosional dan kasar ketika mencapai usia dewasa.
Bukan Anak Nakal, tapi Pintar
Anak nan sering dianggap bandel lantaran menaiki meja alias memecahkan peralatan sebenarnya menunjukkan rasa mau tahu dan kepintaran mereka, menurut Gus Baha. Ia menyarankan orang tua untuk memandang perilaku ini sebagai tanda kepintaran, bukan kenakalan. Dengan mengapresiasi tindakan anak-anak ini, mereka bakal merasa diterima dan dihargai.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa orang tua sering kali bersikap tidak setara dengan menganggap anak nakal, padahal mereka sendiri mungkin melakukan kesalahan nan lebih besar, seperti dalam contoh humoris tentang ibu nan marah ketika anak memecahkan gelas, sementara dia sendiri sering memecahkan tabungan keluarga. Gus Baha menekankan pentingnya memahami bahwa perilaku anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa lantaran anak-anak tetap dalam tahap belajar.
Ia mendorong orang tua untuk menghadapi tingkah laku anak dengan lebih santuy dan penuh pengertian. Humor dan kesabaran dalam mengasuh anak bakal mendukung proses tumbuh kembang mereka secara optimal. Dengan sikap pengertian, orang tua dapat menciptakan lingkungan nan positif, membantu anak merasa percaya diri dan bebas bereksplorasi tanpa rasa takut.
Orang Tua Harus Sabar dan Bijaksana
Orang tua mempunyai peran krusial dalam membentuk karakter anak melalui sikap sabar dan bijaksana. Ketika orang tua bisa mengendalikan emosi dan menunjukkan kasih sayang, anak-anak condong meniru perilaku positif tersebut. Gus Baha menekankan pentingnya orang tua untuk memahami bahwa anak-anak sedang dalam proses belajar dan perlu didampingi dengan pengertian dan angan agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi nan baik.
Selain itu, Gus Baha mengingatkan bahwa anak-anak adalah gambaran dari pola asuh nan mereka terima. Oleh lantaran itu, orang tua kudu berhati-hati dalam bersikap agar tidak membikin anak merasa tidak dicintai. Dengan menciptakan lingkungan nan penuh kasih dan dukungan, orang tua berinvestasi dalam membentuk generasi nan lebih baik di masa depan.
Follow Official WA Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
Mochamad Rizal Ahba Ohorella
Author