3 Alasan Kenapa Seseorang Lebih Mudah Berpikir Kritis pada Dini Hari

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Fimela.com, Jakarta Setiap orang pasti mempunyai waktu dan kapasitasnya masing-masing untuk melakukan brainstroming, memikirkan tentang masa depan, ataupun memikirkan solusi bakal masalahnya pada waktu-waktu tertentu. Namun, kadang kala terdapat sebagian orang nan merasa mereka lebih bisa untuk mengaktifkan otaknya secara maksimal hanya pada awal hari, tepatnya di rentang waktu jam 00.00 - 04.00 awal hari. 

Secara Ilmiah, kerja otak pada jam 00.00 hingga 04.00 awal hari berangkaian dengan ritme sirkadian, ialah siklus biologis tubuh nan mengatur tidur dan bangun. Singkatnya, waktu tersebut sering dikaitkan dengan aktivitas otak nan berkurang, khususnya dalam perihal kognisi dan fokus, lantaran tubuh manusia secara alami mempersiapkan diri untuk rehat dan pemulihan. Namun perihal tersebut tak bertindak pada sebagian orang nan merasa lebih aktif di malam hari.

Lantas, apakah argumen di kembali kondisi tersebut? Yuk, simak argumen di

1. Tipe Kronotipe Night Owl (Manusia Nokturnal)

Orang nan mempunyai kronotipe "night owl" secara alami lebih aktif pada malam hari. Mereka mengalami puncak energi, kewaspadaan, dan keahlian kognitif saat orang lain mulai merasa capek alias tidur. Penelitian menunjukkan bahwa perseorangan dengan kronotipe ini mempunyai ritme sirkadian nan bergeser lebih lambat. Akibatnya, mereka mungkin merasa otaknya lebih tajam pada malam hingga awal hari, lantaran sistem tubuh mereka tidak berfaedah secara optimal pada pagi alias siang hari.

Dalam otak "night owl," pelepasan melatonin, nan biasanya memicu rasa kantuk, terjadi lebih lambat. Akibatnya, mereka bisa tetap terjaga dan berfaedah lebih baik pada jam-jam malam dan awal hari.

2. Lingkungan nan Mendukung

Pada malam hari menuju awal hari memang dikenal bakal suasana nan cukup redup dan tenang. Hal ini sangat mendukung sebagian orang untuk melakukan brainstorming dan berpikir kritis mengenai sesuatu. Beberapa orang merasa lebih bisa berpikir secara mendalam dan kritis dalam kondisi ini. Ketiadaan distraksi eksternal membikin otak lebih konsentrasi untuk menyelesaikan masalah alias berpikir kreatif. Ini lebih merupakan aspek psikologis daripada biologis.

Keadaan ini memungkinkan seseorang untuk merenungkan ide-ide dan masalah tanpa interupsi, sehingga dapat melakukan refleksi nan lebih mendalam dan kritis terhadap situasi nan dihadapi.

3. Kreativitas dan Pemecahan Masalah Non-linear

Beberapa studi menunjukkan bahwa keadaan mental separuh capek (yang terjadi pada awal hari) dapat mendorong pemikiran imajinatif dan pemecahan masalah non-linear. Saat otak tidak dalam kondisi "normal" dan penuh energi, proses berpikir bisa menjadi lebih fleksibel, sehingga memungkinkan munculnya ide-ide nan tidak biasa alias solusi nan lebih kreatif. Ini lantaran frontal lobe, nan bertanggung jawab untuk kontrol kognitif dan disiplin berpikir, mungkin kurang aktif, nan justru membuka jalan bagi pola berpikir nan lebih bebas.

Dalam keadaan kurang tidur alias lelah, beberapa batas mental nan biasanya diterapkan oleh korteks prefrontal dapat melonggar, memfasilitasi pemikiran di luar kebiasaan alias pola berpikir kreatif. Hal ini bisa membantu beberapa perseorangan merasa lebih "produktif" dalam mengatasi masalah kompleks pada jam-jam ini.

Itulah beberapa argumen di kembali kenapa sebagian orang condong lebih bisa untuk berpikir kritis di malam hari.

Follow Official WA Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ajeng Yuniarta
  • Endah Wijayanti
Selengkapnya
Sumber Lifestyle
Lifestyle